Latest Post
Showing posts with label Urapan. Show all posts
Showing posts with label Urapan. Show all posts
11:44 AM
Seiring perkembangan zaman, bergeser pula pengertian orang tentang urapan. Ada beberapa ukuran yang dibuat orang untuk menilai apakah orang tersebut diurapi atau tidak. Urapan yang saya bahas urapan palsu. Beberapa ukuran urapan palsu.
1. Jumlah Jemaat.
Ada asumsi yang sudah berkembang, bahwa pendeta yang diurapi jemaatnya harus banyak. Semakin banyak jemaat, semakin banyak urapan pendeta tersebut. Wait! Urapan tidak bisa dinilai dari jumlah jemaat. Jika urapan dinilai dari jumlah jemaat, maka kita sedang menghakimi pendeta yang di pendalaman yang mengorbankan hidupnya untuk melayani beberapa orang saja. Apakah karena mereka sendikit lalu urapan pendeta tersebut sedikit? Tidak. Kwalitas urapan adalah murni karena Kehendak Tuhan dan hubungan pribadi pendeta tersebut dengan Tuhan. Jika anda menilai urapakan karena jumlah jemaat, maka itu adalah urapan palsu.
2. Pintar Bertutur Kata.
Anda asumsi yang sudah tertanam dalam hidup jemaat, bahwa pendeta yang diurapi dinilai dari tutur katanya, wibawanya ketika berkata-kata. Tutur Kata adalah sesuatu yang bisa dilatih, sementara urapan adalah hubungan pribadi dengan Tuhan. Banyak orang pintar bertutur kata tetapi mereka tidak diurapi Tuhan. Jadi jika urapan dinilai dari pintarnya bertutur kata, maka itu adalah urapan palsu.
3. Penampilan.
Ada trendy yang sudah berkembang, bahwa urapan itu dinilai dari penampilan. Semakin memukau penampilan pengkhotbah tersebut, semakin banyak urapannya. Makanya pakai baju, celana, sepatu, dasi, dan jas yang mahal-mahal. Penampilah yang gagah dan cantik tidak bisa dihubungkan dengan urapan. Jika urapan dinilai dari penampilan, maka itu adalah urapan palsu.
4. Teknologi
Saya suka melihat hamba Tuhan pintar mengunakan design grafis dalam berkhotbah, tetapi urapan tidak dapat diukur dari kecanggihan dari teknologi tersebut. Jadi bila ukuran urapan adalah teknologi makan urapan itu adalah paslu.
5. Emosional.
Ada asumsi yang berkembang bahwa orang yang diurapi akan emosional, seperti teriak-teriak, menangis, khotbah berteriak dari awal sampai akhir, volume sound system harus kencang, lompat-lompat atau bahkan lucu. Bila itu semua ukuran urapan, maka urapan tersebut adalah palsu.
Saya tidak anti kelimat hal tersebut, tetapi bukan ukuran diurapi. Jemaat banyak itu hal yang baik, pintar bertutur kata itu harus, penampilan yang cakap itu harus, menggunakan teknologi hal yang baik, bersemangat adalah hal yang baik.Tetap tidak bisa jadi tolak ukur diurapi atau tidak.
Hati-hati! Jangan Menciptakan Urapan Palsu.
Written By Tolop Marbun Academy on Wednesday, August 20, 2014 | 11:44 AM
Seiring perkembangan zaman, bergeser pula pengertian orang tentang urapan. Ada beberapa ukuran yang dibuat orang untuk menilai apakah orang tersebut diurapi atau tidak. Urapan yang saya bahas urapan palsu. Beberapa ukuran urapan palsu.
1. Jumlah Jemaat.
Ada asumsi yang sudah berkembang, bahwa pendeta yang diurapi jemaatnya harus banyak. Semakin banyak jemaat, semakin banyak urapan pendeta tersebut. Wait! Urapan tidak bisa dinilai dari jumlah jemaat. Jika urapan dinilai dari jumlah jemaat, maka kita sedang menghakimi pendeta yang di pendalaman yang mengorbankan hidupnya untuk melayani beberapa orang saja. Apakah karena mereka sendikit lalu urapan pendeta tersebut sedikit? Tidak. Kwalitas urapan adalah murni karena Kehendak Tuhan dan hubungan pribadi pendeta tersebut dengan Tuhan. Jika anda menilai urapakan karena jumlah jemaat, maka itu adalah urapan palsu.
2. Pintar Bertutur Kata.
Anda asumsi yang sudah tertanam dalam hidup jemaat, bahwa pendeta yang diurapi dinilai dari tutur katanya, wibawanya ketika berkata-kata. Tutur Kata adalah sesuatu yang bisa dilatih, sementara urapan adalah hubungan pribadi dengan Tuhan. Banyak orang pintar bertutur kata tetapi mereka tidak diurapi Tuhan. Jadi jika urapan dinilai dari pintarnya bertutur kata, maka itu adalah urapan palsu.
3. Penampilan.
Ada trendy yang sudah berkembang, bahwa urapan itu dinilai dari penampilan. Semakin memukau penampilan pengkhotbah tersebut, semakin banyak urapannya. Makanya pakai baju, celana, sepatu, dasi, dan jas yang mahal-mahal. Penampilah yang gagah dan cantik tidak bisa dihubungkan dengan urapan. Jika urapan dinilai dari penampilan, maka itu adalah urapan palsu.
4. Teknologi
Saya suka melihat hamba Tuhan pintar mengunakan design grafis dalam berkhotbah, tetapi urapan tidak dapat diukur dari kecanggihan dari teknologi tersebut. Jadi bila ukuran urapan adalah teknologi makan urapan itu adalah paslu.
5. Emosional.
Ada asumsi yang berkembang bahwa orang yang diurapi akan emosional, seperti teriak-teriak, menangis, khotbah berteriak dari awal sampai akhir, volume sound system harus kencang, lompat-lompat atau bahkan lucu. Bila itu semua ukuran urapan, maka urapan tersebut adalah palsu.
Saya tidak anti kelimat hal tersebut, tetapi bukan ukuran diurapi. Jemaat banyak itu hal yang baik, pintar bertutur kata itu harus, penampilan yang cakap itu harus, menggunakan teknologi hal yang baik, bersemangat adalah hal yang baik.Tetap tidak bisa jadi tolak ukur diurapi atau tidak.
Labels:
Articles,
Urapan,
Urapan Palus