Ilustrasi, Sumber: TolopMarbun.NET |
1. Orientasi pada Konflik.
Pasangan yang berorientasi pada konflik akan melahirkan konflik berikutnya. Semakin banyak perbantahan yang terjadi semakin besar kemungkinan untuk KDRT. Semakin banyak konflik yang timbul dan tidak pernah diselesaikan maka semakin mudah untuk bercerai dan semakin sulit untuk dipertahankan.
Satu bulan lalu, seorang konsele mengirim pesan via inbox pernikahan mereka sudah rawan terhadap perceraian. Salah satu masalah mareka adalah selalu fokus kepada konflik yang sudah terjadi tanpa mencari solusi. Dengan banyak konflik terjadi pasti lebih mudah mencari jalan pintas.
2. Alkoholik.
Menikah dengan seorang Alkoholik sama saja menciptakan neraka dalam pernikahan. Alkoholik zaman ini bukan hanya suami-suami tetapi juga para istri. Yang paling mengherankan adalah para istri lebih hebat alkoholiknya dengan suami-suami. Orang yang dibawah pengaruh Alkohol akan cenderung; berkata-kata kasar, berbuat kekerasan, atau pebuatan yang diluar kehendak.
Saya belum pernah menemukan pasangan suami-istri berserta anak mabuk bersama, tetapi ketika saya di Afrika Selatan, saya sudah bertemu hal yang demikian. Mereka mabuk satu tempat, yang membedakan hanya jarak dan rombongan saja.
Jika suami istri sudah Alkoholik, cepat atau lambat penikahan mereka akan "game over" alias berakhir dengan cerai. Memang ada bertahan sampai kesudahan tetapi hari-harinya seperti sudah hidup dipadang gurun atau sudah dineraka.
3. Latar belakang yang berbeda.
Latar belakang kelihatannya sepele, tetapi sangat besar pengaruhnya. Karena latar belang menghasilkan kita sekarang. Kita tidak bisa mengabaikan latar belakang, semua latar belakang perlu menjadi pertimbangan sebelum menikah. Contoh: Istri didik dalam keluarga yang semuanya rapi dan perfeksionis. Sedangkan Suami didik dalam keluarga yang tidak terlalu memperhatikan kerapian, tetapi yang utama adalah happy. Biar berantakan yang penting masih bisa tertawa bersama. Percayalah penikahan yang demikian akan sering ribut atau bertengkar karena masalah odol, sikat gigi, sandal, dll. Masalah kelihatannya sepele tetapi besar pengaruhnya. Perbedaan latar belakang bisa bisa menjadi pemicu perceraian. Ini hanya salah satu contoh.
4. Mendidik Anak.
Biasanya mendidik anak akan dipengaruhi oleh pendidikan keluarga sebelumnya. Misalnya seperti pernikahan dalam poin ke 3, istri akan mengajarkannya semua rapi dan sempurna, sementar bagi suamia adalah yang penting anak-anaknya senang. Ini bisa menjadi pemicu pernikahan juga, karena biasanya orang tua akan disalahkan juga. Istri merasa bahagia kalau anak-anaknya teratur dan semupurna, suami merasa bahagia ketika anak-anaknya senang.
5. Tidak seiman.
6. Kehilangan Pesona
7. Keuangan
8. Ketidak puasan seksual.
9. KDR
10. Ketidak setiaan.
Untuk Penjelasan 5-10 anda bisa baca: http://www.tolopmarbun.net/2013/11/10-alasan-cerai-yang-paling-sering.html
Bila anda sedang menghadapi masalah perceraian atau penikahan anda diampang perceraian silahkan LIKE: https://www.facebook.com/SaveDivorceMinistry atau Sekolah Keluarga Ministry