Ilustrasi: Google Image |
Cerita ini saya dengar dari teman gereja. Menarik untuk dibahas. Mengenai seorang menantu yang benci kepada mertuanya. Karena kebenciannya dia mencoba membunuh mertuanya lewat dukun. Akhirnya di bertemu dengan seorang dukun lalu meminta racun kepada dukun. Singkat ceritanya, dia sudah menjelaskan alasannya dan sang dukun pun memberi sebotol air, untuk dipastikan diminum mertuanya tiga kali sehari.
Sang menantupun pulang, mencoba memastikan mertuanya minum tiga kali sehari. Bangun pagi, dia siapin teh lalu membujuk mertua untuk meminum teh tersebut. Sang mertua penasaran kenapa tiba-tiba menantunya baik, tetapi dia simpan dalam hati. Dia akan selalu bujuk mertuanya meminum air tersebut, semakin hari semakin baik mertuanya.
Menantu penasaran; kok belum mati juga?. Lalu dia bertemu dengan sang dukun. Lalu dia berkata: "pak dukung mertua saya kok belum meninggal? Sang dukun jawab: Mertuamu semakin baik tidak? Dia jawab:'Ia, dia semakin baik, bahkan sangat perhatian, tetapi kok belum meninggal ya? Sang dukun menjawab: Air yang kamu bawa adalah air biasa, tidak ada racun.
Pelajaran apa yang bisa didapatkan dari Cerita ini?
1. Musuh anda bukan mertua, tetapi sikap hati anda sendiri.
Sang menantu merasa bahwa mertuanya adalah musuh, sehingga ia mencoba mau membunuhnya. Sebenarnya masalahnya bukan pada mertuanya, tetapi sikap hatinya kepada mertuanya. Buktinya ketika sang duku meminta dia untuk melayani mertuanya, dia bisa melakukannya sekalipun motivasinya salah. Mertuanya tidak tahu motivasi sang menantu, yang dilihat oleh mertuanya MENANTU YANG BERUBAH DAN MAU MELAYANI. Sikap hati yang melayani itulah yang merubah mertuanya menjadi baik. Jadi letak masalahnya adalah bukan mertuanya, tetapi sikap hati menantu sendiri.
2. Kedekatan menimbulkan perubahan yang baik.
Anda tidak mungkin bisa merubah orang lain tanpa anda menerima mereka. Anda harus memiliki hubungan yang baik terlebih dahulu, baru mungkin mereka bisa berubah. Sekalipun pendekatan sang menantu adalah motivasi yang salah, tetapi mertuanya melihat itu sebagai PENDEKATAN menantu dengan mertua. Ketika mertua merasa sangat dekat dengan menantu, mertua menjadi baik.
Karena sang suami sudah tau istrinya tidak akan lama hidup dan ini permintaan terakhirnya sebelum bercerai, suami juga sadar sebenarnya itu sangat menyakitkan istrinya, tetapi bagi sang suami tidak ada lagi harapan memperistri dia. Dia pun melakukan permintaan istrinya. Dia berusaha bersikap baik kepada istrinya. Minggu pertama, tidak terjadi apa-apa. Minggu kedua; suami mulai merasa cinta mereka kembali bersemi, dia mulai sadar bahwa selama ini dia sudah salah. Minggu ketiga; dia baru sadar sesungguhnya dia masih mencintai istrinya, yang membiaskan cintanya selama ini adalah kedekatan mereka. Minggu keempat; dia memutuskan untuk melayani istri tanpa menceraikan. Cinta mereka kembali bersemi, tetapi apa hendak dikata istri tetap meninggal dunia.
Pelajaran
1. Masalah dalam keluarga bukan karena kekurangan cinta, tetapi kekurangan persahabatan.
Perubahan sang suami sangat drastis ketika istri meminta melayani dia satu bulan. Meskipun istri meninggal tetapi setidaknya cinta mereka sudah bersemi kembali, diapun tidak jadi menceraikan istrinya. Kedekatan yang diminta oleh sang istri, itulah yang membangkitkan cinta mereka. JADI, mulai hari ini ciptakan kedekatan yang baik dengan pasanganmu, bukan karena mereka tidak cinta, tetapi karena anda tidak dekat dengan mereka.
2. Melayani akan selalu menumbuhkan cinta.
Suami yang tadinya berniat menceraikan istrinya, tetapi karena dia berusaha melayani istri, menyenangkan istrinya diusia yang singkat, setelah minggu keempat dia membatalkan perceraian mereka. Cintanya yang tadinya dingin kini menjadi hangat dan memberi semangat baru.
1 Korintus 13:13 Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.
Kedua kisah ini menekankan kepada KASIH. Kasih itu melayani, kasih itulah yang membawa perubahan. Jadi apapun masalah yang anda hadapi dalam keluarga atau pernikahan, jawabannya adalah Kasih.