Pernahkah anda mendengar mengampuni adalah melupakan? Benarkan kita bisa melupakan kesalahan orang lain? Apakah anda setuju dengan pernyataan tersebut? Selum menjawab berikut seorang facebooker bertanya:
Pertama yang perlu diketahui adalah kebencian tidak bisa hanya diselesaikan secara rohani (mengampuni) sekalipun itu harus, tetapi juga diimbangi dengan psikologi karena kebencian bukan hanya masalah rohani tetapi juga psikologi. Kebanyakan acara pemulihan bahkan yang pernah saya ikut hanya menyelesaikan secara rohani. Tahun 2003 saya mengikuti acara pemulihan, dimana pertama diselesaikan secara psikologi baru secara rohani, hasilnya adalah saya dipulihkan dari akar pahit masa lalu.Saya sering ikut ibadah dan ikut pemulihan dengan maksud menghilangkan rasa benci terhadap keluarga pacar saya yang telah menjelekkan orangtua saya dan saya. Tetapi entah kenapa rasa benci itu selalu terasa saat saya ingin mengampuni mereka. Hampir setahun saya berusaha melupakan kesalahan mereka namun tetap tidak bisa. Mohon sarannya ya! (Sumber:Facebook, Editor: Admin).
Yang kedua, kita tidak mungkin bisa melupakan kesalahan orang lain karena memory kita tidak bisa dihapus seperti layaknya memory komputer. Sekalipun anda mengampuni seseorang anda mustahil bisa melupakan kesalahan mereka. Saya sering berpendapat: Melupakan adalah cara untuk mengingat kembali, ketika anda berusaha melupakan, sebenarnya anda sedang mengingat. Jadi yang benar adalah mengubah EMOSIONAL MEMORY menjadi HISTORY MEMORY. Emosional memory adalah ketika anda mengingatnya, ada masih terasa sakit, atau ketika anda bertemu dengan orang yang menyakiti anda, anda kehilangan damai sejahtera, atau sakitnya masih terasa. Sedangkan History Memory anda masih ingat, tetapi tidak mempengaruhi anda secara emosional karena sudah menjadi sejarah. Pertanyaan bagaimana cara mengubahnya? Jawabannya pada bagian pertama.